Kamis, 30 Januari 2014

Sistem Pengapian Sepeda Motor



Sistem pengapian dalam motor


     Komponen dari sistem pengapian pada sepeda motor ada 2 macam. Tipe yang pertama adalah tipe konvensional dan tipe yang kedua adalah tipe CDI. Untuk tipe konvensional adalah masih menggunakan platina. Untuk kali ini saya akan bahas komponen sistem pengapian dari kedua tipe tersebut. Komponennya adalah:

  • Tipe konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem pengapian baterai pada motor bensin yang masih menggunakan platina untuk memutus hubungkan arus primer koil, yang nantinya bertujuan untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder yang akan disalurkan ke masing masing busi. Bagian yg berperan dalam sistem pengapian konvensional:

A.     spul pengapian

Fungsinya untuk mengisi kondensor dengan muatan listrik
 B. Platina

Fungsinya melaksanakan pengapian (memberikan dan memutuskan arus listrik yang akan melalui kondensor.
 
C. Kondensor

Fungsinya untuk menyerap arus ekstra dari gulungan primer coil dan setelah itu baru dialirkan ke platina secara sedikit demi sedikit dan merata, sehingga platina terhindar dari kerusakan atau permukaan platina tidak cepat berlubang-lubang.
 d. Coil ( Koil)

Adalah suatu alat penyalaan yang berfungsi untuk meninggikan tegangan arus dari sumbernya, yaitu accu atau spul penyalaan yang 6 volt menjadi 10.000-12.000 volt, lalu diloncatkan kedalam ruang bakar berupa bunga api listrik tegangan tinggi melalui elektroda busi, sehingga gas baru yang telah dimampatkan di dalam ruang bakar menjadi terbakar.
 e. Busi

Berfungsi untuk mendapatkan loncatan bunga api sehingga membakaran bahan bakar yang telah dikompresi dalam kepala cylinder.

  • Cara kerjanya:
 Ketika stop contact pada posisi on dan pemutus arus atau platina (breaker points) tertutup, maka arus listrik akan mengalir dari batere menuju ke koil yang di dalamnya terdapat kumparan primer, kumparan sekunder, dan teras besi lunak, sehingga terjadi medan magnet . Ketika arus primer diputus karena bagian platina terbuka oleh gerakan berputar dari nok (cam) maka medan magnet akan hilang dan timbul arus induksi pada kumparan sekunder yang mampu menghasilkan tegangan hingga ± 15000 volt sehingga menimbulkan loncatan bunga api listrik (spark) pada busi . Ketika terjadi spark maka pada setiap gap juga akan terjadi spark, termasuk di platina, untuk itu dipasang kondensor guna menyerap arus induksi, sehingga tidak timbul spark pada platina. Kondensor  berfungsi untuk mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus pada saat kontak mulai membuka. dan berfungsi juga untuk mempercepat pemutusan arus primer sehingga tegangan induksi yang timbul pada sirkuit sekunder tinggi Distributor berfungsi untuk membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap busi sesuai dengan urutan pengapian Busi berfungsi untuk meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda busi didalam ruang bakar, sehngga pembakaran dapat dimulai.

       Kelemahan dari sistem pengapian konvensional yaitu Kelemahan utama terdapat pada kontak pemutus, dimana pada motor dengan silinder yang bayak dan berputar cepat maka frekuensi pemutusan kontak pemutus tinggi sehingga waktu penutupan pendek yang akan berakibat pada kemampuan pengapian yang kurang karena arus primer tidak mencapai maksimal.



  •  Tipe CDI
     CDI dirancang sekitar tahun 1975 dan terus dikembangkan mengingat berbagai kelebihan dibanding sistem konvensional dengan menggunakan kontak platina/CB(contact breaker).
         Ada dua jenis CDI yang dibedakan menurut sumber arus listriknya yaitu :
A. CDI ac .Jenis CDI ini dipanjar arus listrik bolak balik dari sumber arus yaitu kumparan/sepul generator,dengan tegangan kerja yang relatif tinggi,berkisar antara 100-350 volt ac
B. CDI dc. Jenis ini bekerja dengan panjaran arus listrik searah setelah diregulasi dan umumnya arus tersebut disimpan dulu di accumulator/aki ,sehingga arus dan tegangan keluarannya tetap dan stabil.

   Pada dasarnya sama dengan cara keraja dari sistem pengapian secara konvensional (baterai) hanya saja pada sistem ini waktu pengapian dikontrol oleh kontrol unit elektronik dengan cara memutus dan menghubungkan arus primer. sistem digital elektronik dapat dirancang dengan capacitive discharge ignition (CDI) atau induktive discharge ignition(IDI) CDI tersusun atas transformer kecil (koil), charging sirkuit, trigerrimg sirkuit dan kapasitor. CDI berfungsi untuk menyimpan arus yang digunakan untuk spark (didalam kapasitor yang terdapat didalam modul) yang dilepaskan kedalam busi kapan saja didalam mesin yang diatur oleh microprocecor melalui control sinyal .

  • Cara kerjanya:
    Ketika roda gaya magnet berputar maka arus diinduksikan dalam koil yang stasioner dan kemudian mengisi kapasitor. Bila kapasitor telah diisi maka sebuah isyarat tegangan untuk mengontrol timbulnya penyalaan dalam kumparan sensor dengan menggunakan pintu G dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) untuk mengalirkan arus dari A ke K. Listrik yang dikumpulkan dalam kapasitor selanjutnya disalurkan pada suatu saat melalui SCR dalam kumparan primer. Arus ini membangkitkan tegangan yang lebih tinggi dalam kumparan sekunder sehingga menimbulkan loncatan bungan api listrik pada busi.